Harapan identik dengan nilai kebaikan dan nilai keindahan untuk senantiasa dipelihara. Penanaman nilai adalah di antara cara untuk memelihara harapan. Perwujudannya tidak semata dengan menuntut orang lain melakukannya dengan sekadar menunggu kebaikan,
Namun dengan menjadi agen dan menyebarkannya serta tidak menghalang-halanginya adalah langkah nyata baik berupa perkataan yang diucapkan, tulisan atau perbuatan-perbuatan sekecil apa akan berpengaruh terhadap kehidupan.
Sebenarnya keyakinan adalah poin penting dari segala hal dimana harapan terdapat diantaranya, maka memeliharanya sedemikian rupa adalah harga, secara “an sich”. Ahli ilmu dan kebijaksanaan telah banyak membincang dan merunungkan makna apa itu harapan(?) Termasuk keyakinan akan harapan.
Secara esensial diartikan sebagai gambaran tentang kebaikan. Bukan sebagai angan-angan yang cenderung berupa kekosongan, harapan berisi keyakinan yang sungguh. Ingin secara pragmatik juga bukan merupakan hakikat harapan. Lagi-lagi, poin keyakinan berupa harapan tersebut adalah nilai yang (berusaha) diwujudkan.
Harapan Tunbuh dalam Keimanan Yang Membawa Kebaikan
Ibarat pohon, harapan tumbuh dalam keimanan yang dapat membawa kebaikan. Momentum untuk mengingat akan urgensi, eksistensi dan pentingnya harapan di antaranya adalah kesempatan. Harapan baik yang tumbuh, terpelihara untuk terus dilestarikan.
Bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, peringatan pada tanggal 17 Agustus mendatang merupakan momentum untuk dimanfaatkan dalam rangka menorehkan harapan demi harapan akan kebaikan di masa depan. Nilai apa saja yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang harapan tersebut? Penulis merangkumnya dalam tiga poin berikut:
Pertama, peduli atau sikap peduli artinya tidak semata teori atau perasaan iba dalam etika kepedulian, peduli sejatinya tanggung jawab sebabnya menuntut untuk diwujudkan. Kepedulian yang sungguh adalah suatu kebaikan yang dapat menyentuh hati dan dalam pengertian kebaikan akan memberi pengaruh pada harapan.
Berlawanan dengan sikap semena-mena dan melampaui batas, peduli akan menghadirkan sikap menolong dan berkontribusi positif serta dapat membawa atau mendatang manfaat. Meski sikap acuh tidak semata identik dengan tidak peduli, namun cara perlu dihindarnli untuk sikap peduli tersebut.
Toleran Sebuah Langkah Yang Hubungannya Erat Dengan Harapan
Kedua, toleran. Langkah yang berhubungan erat dengan harapan adalah dengan menghilangkan premanisme, sikap semena-mena dan jauh dari musyawarah serta identik dengan arogansi. Terhadap segala hal, toleran adalah pilihan terbaik untuk bangsa berbudaya, beradab dan berbudaya. Menjunjung kebebasan. Semua langkah dalam kategori toleran adalah dengan ilmu dan kebijaksanaan. Sebab kekerasan, permusuhan dan kebodohan akan membawa masyarakat jauh dari harapan akan kehidupan dalam kebaikan.
Selain identik dengan ilmu, toleran adalah juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan. Berlawanan dengan sikap arbitrer, pemahaman dan kedewasaan (tidak kekanak-kanakan) akan pengertian harapan justru mengandung harapan juga. Toleran sesungguhnya juga adalah harapan pada satu sisi, yaitu memberi kesempatan kepada orang lain misalnya dalam berbagai hal, sisi lain adalah sikap nyata akan perbedaan yang membawa kebaikan, seperti saling kenal, bentuk kekayaan tersendiri dan lain sebagainya.
Ketiga, terbuka. Sering diabaikan meski dalam ketidakjelasan, sikap terbuka seringkali dikaitkan dengan makna lawan katanya yaitu tertutup. Pada sikap menerima dan melembutkan diri adalah langkah, lantaran kecil sering kali dilupakan. Padahal sikap terbuka merupakan syarat untuk kemungkinan kebaikan di dalamnya (sikap terbuka). Ibarat seseorang yang sedang membuka jendela/pintu, bukan hanya agar dapat dimasuki, namun membuka juga berarti memberi kesempatan.
Sikap terbuka berarti memberi kesempatan adalah harapan dengan membuka diri. Tidak menjadi bebal dan terus-terusan dalam ketertutupan, baik lantaran ketakutan, keraguan dengan membulatkan tekad untuk terbuka adalah mutlak. Maka sikap terbuka tidak hanya merupakan syarat kemajuan, semisal bagi suatu bangsa, namun juga berbagai kebaikan apa pun bentuknya yang tumbuh dari yang disebut di atas dan menjadi alasan, yaitu harapan!.
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)