Bengkulu Utara, GC – Untuk mempertahankan status zona hijau Covid-19. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, melakukan penjagaan disetiap pintu masuk perbatasan dengan kabupaten lain.
Namun, Posko pemantauan penyebaran virus pandemi Covid-19 untuk wilayah perbatasan Bengkulu Utara dengan wilayah tetangga, ternyata minim Fasilitas. Bahkan, peralatan petugas di perbatasan pun tidak memenuhi standar kelengkapan protokol penanganan penyebaran Corona.
Kondisi tersebut diungkapkan oleh M. Iwan, S.IP, salah satu petugas lapangan di posko perbatasan antara Kabupaten Bengkulu Utara, dengan wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah. Tepatnya di Desa Pasar Bembah, Kecamatan Air Napal, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
“Selain tenda Posko, peralatan yang diberikan dari BPBD hanya sarung tangan, tandon air dan 3 unit tandu. Kalau Tangki Sprayer dan Dispenser ini kami pinjam dengan warga desa, begitu juga seperti korsi, meja yang kami pakai saat ini semuanya milik desa,” Ungkap Iwan, Sabtu ( 2/5/2020).
Lanjut Iwan, selain minimnya fasilitas. Hingga saat ini dirinya bersama rekan yang lain belum ada sedikit pun menerima insentif alias upah/jasa jaga posko, yang katanya sebesar Rp 50 ribu perhari. Sementara untuk persedian makan, hanya disediakan dua kali. Makan setelah usai berbuka dan makan pada saat sahur.
“Jangankan upah kegiatan nyemprot, insentif kami yang katanya Rp 50 ribu perhari saja sampai saat ini kami belum merasakannya. Ini aja persedian gula kopi untuk kami berjaga malam di Posko tidak ada,” keluh Iwan.
Petugas Posko Akui Dirinya Dalam SPT Hanya Sebagai Relawan BPBD
Parahnya lagi kata Iwan, dirinya bersama dua orang temannya dari Kecamatan Air Napal, belum ada kejelasan apa pungsinya di Posko perbatasan. Sebab, berdasarkan dalam Surat Perintah Tugas (SPT) dari kecamatan Air Napal. Ia bersama dua orang temannya itu tercatat hanya sebagai relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu Utara di posko perbatasan pemantauan penyebaran virus corona.
“Sebenarnya saya juga heran, sebenarnya apa pungsi kami bertiga dari kecamatan di posko ini. Saya kan staf Trantib di kecamatan Air Napal di tugaskan oleh atasan kami untuk menjaga posko perbatasan ini, tapi dalam SPT gugus tugas covid-19 yang diberikan denagn kami ini menerangkan, bahwa kami hanya sebagai relawan BPBD di Posko perbatasan,” papar Iwan.
Sementara, menurut keterangan dari dua orang petugas medis Posko perbatasan dari Puskesmas Kecamatan Kerkap dengan media ini mengatakan, mereka dari petugas medis dilengkapi hanya alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan, masker, 1 unit alat pengukur suhu tubuh, 4 stel mantel hujan dan 2 pasang sepatu boot.
“Kalau alat rapid tes kita ngak ada,” ujarnya dua orang petugas medis di Posko Perbatasan tersebut.
Dengan melihat kondisi demikian, sehingga puluhan miliar anggaran hasil dari refocusing yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah Bengkulu Utara, sudah selayaknya dipertanyakan. (Ben)